Kamis, 06 November 2008

Ar-rijalu Qawwamu A'la nissa

“Allah memberikan keistimewaan kepada laki-laki dan perempuan. Setiap keistimewaan tidak menjadikan yang satu lebih baik dari yang lainnya. Keistimewaan itu saling melengkapi.”

Dini hari ini saya menonton Tafsir Al Misbah di Metro TV. Quraish Shihab membahas salah satu ayat surat An-nisa, mengenai kepemimpinan suami dalam keluarga.

Qawwaam berarti menjalankan tugasnya dengan baik dan berkelanjutan. Maka Arrijjalu qawwaamu a’la nisa di artikan bahwa laki-laki sebagai pemimpin bagi perempuan, pemimpin di sini dalam artian suami menjalankan tugasnya dengan baik dan berkelanjutan. Suami harus memiliki rasa kasih sayang, bukan tegas tapi bijaksana. Kepemimpinan suami terhadap istri bukan hanya menjadi pemimpin yang baik, namun juga mampu memaafkan kesalahan sang istri.

Sebetulnya ironi. Ironi yang indah. Ayat ini adalah salah satu ayat yang sering di pakai kaum lelaki untuk menjelaskan posisi kuatnya sebagai pemimpin. Kaum perempuan seakan menjadi lemah posisinya dalam ayat ini. ayat ini seakan-akan menjadi senjata kaum lelaki untuk melelehkan posisi perempuan. Sebaliknya, Quraish Shihab justru membahas ayat ini dengan cara yang berbeda. Jika kita menelaah kajian ayat ini, justru ayat ini sebenernya di tekankan bagi laki-laki. Bukan sekedar laki-laki menjadi pemimpin, namun ayat ini seharusnya menjadi bahan renungan kaum lelaki : how to be a good leader? Am I good enough as a leader?

Kebanyakan yang terjadi di masyarakat kita, laki-laki merasa sombong akan kepemimpinannya tanpa memahami makna kepemimpinan itu sendiri. Seharusnya laki-laki yang menjadikan ayat ini sebagai corong kekuatan mereka, merasa malu. Karena pada saat yang sama sebenarnya ia tengah mengingatkan dirinya sendiri akan kualitas kepemimpinannya.

Ayat ini memberi tuntunan bagi suami istri bagaimana seharusnya melangkah dan menghilangkan kesalahpahaman dalam rumah tangga. Kehidupan suami istri berumah tangga seperti jabatan tangan, ada kesetaraan dan keseimbangan. Ketika jabatan tangan itu lepas, maka keharmonisan keluarga akan hilang.

Dalam ceramahnya Quraish Shihab menekankan bahwa kepemimpinan yang di maksud dalam ayat ini adalah kepemimpinan dalam keluarga. Beliau tidak sependapat jika ayat ini di pakai untuk melarang perempuan sebagai pemimpin dalam masyarakat.

Pada prinsipnya dalam pandangan islam laki-laki dan perempuan itu setara, tapi kesetaraan itu tidak bersifat mutlak. Laki-laki dan perempuan memiliki keistimewaan sendiri yang mengakibatkan kesetaraan mutlak itu hilang.

Salah satu pernyataan Quraish Shihab yang paling saya sukai adalah : “Jangan pernah berkata bahwa wanita berada di bawah penguasaan laki-laki. Tidak ada yang dapat menguasai seseorang kecuali Allah. Tidak ada yang dapat mengikat seseorang melainkan hukum dan ketentuan yang berlaku.”

Tidak ada komentar: