Kamis, 06 November 2008

Kasihan bukan bentuk kasih

Jum’at 19.05 sebuah sms masuk.

“ Mbak, ada orang miscall n sms aku terus. Aku tanya siapa dia gak mau bilang, katanya belum saatnya aku tahu. Katanya dia masih care sama aku. Tolong check dong mbak dia siapa. Cewek atau cowok. Ni nomernya 0899651xxxx tolong ya mbak, aku takutnya dia gay yang pernah ngejar-ngejar aku”

Aku membacanya sekilas lalu menutup telpon. Besok saja pikirku, lagipula aku gak punya pulsa.
Sehari berlalu dan aku lupa menelpon nomer tersebut. Aku segera mengirim sms untuk sahabatku.

“ Maaf maaf aku belum telpon, aku belum beli pulsa.”

Aku cukup terkejut ketika mendapatkan balesan sms darinya,

“ Mbak aku dah tau kok orangnya….”

Ia memberitahukan bahwa orang yang mengganggunya ternyata adalah laki-laki yang di cintainya selama ini, seseorang yang selama ini di anggap sebagai kakak sekaligus sahabat baginya.

“ I think he’s just the same like I’am. So many proof, but I just guess. Kalo emang bener dia gay aku kasihan sama dia” tambahnya

Sahabatku ini sudah lama memendam cintanya untuk lelaki ini. Namun ia tidak pernah mengungkapkan perasaannya karena selama ini ia berfikir laki-laki ini straight. Selama beberapa bulan terakhir lelaki yang di cintainya menghilang tanpa kabar. Kini, ia tiba-tiba muncul lagi. Aku bahagia untuknya jika memang laki-laki yang ia cintai ternyata sama-sama seorang gay. Namun ia justru merasa sebaliknya.

“ kenapa kasihan?” tanyaku

“Aku yang masih muda aja capek menyimpan rahasia ini, apalagi dia yang udah lebih tua. Aku punya mbak untuk share, aku gak yakin dia bisa share soal ini dengan orang lain, apalagi dia harus menikah karena orang tua” jawabnya

“kenapa harus mengasihani dia? Apa perlu aku mengasihani kamu karena kamu seorang gay? Atau kamu harus mengasihani aku karena aku seorang ibu buruk yang pernah mengaborsi anaknya? Cukup beri dia kasih, bukan kasihan.” Hanya itu yang kalimat yang kukirimkan.

Kalimat itu spontan keluar dari fikiranku. Ya, aku baru saja menyadari hal yang sama. Seringkali kita mengasihani seseorang atas pilihan seksualitasnya. Bukankah rasa kasihan kita datang dari rasa keangkuhan karena merasa kita lebih baik dari orang lain. Jika kita sempurna dengan apa yang kita miliki maka setiap orang pun sempurna atas apa yang mereka miliki.

Kasih dan kasihan adalah dua hal yang berbeda. Kasih datang dari kedalaman hati dan oenghargaan yang tinggi atas setiap orang. Namun kasihan datang dari merasa lebih baik dari orang lain. Siapapun dia; gay, post abortus, waria, lesbian, duda, janda, yatim piatu, si miskin ataupun si kaya, si bodoh, sunda, dayak, orang afrika, si sakit, si cacat atau pun orang autis. Semuanya berhak atas kasih, bukan rasa kasihan.

Tidak ada komentar: