Kamis, 06 November 2008

Masalah dan Cinta memberi kita alasan untuk tetap hidup

Setiap hari aku menerima email, telpon dan sms bernada miris. Pekerjaanku sebagai konselor membuatku harus sabar mendengarkan permasalahan orang lain. Aku belajar membagi energi positif dengan orang-orang di sekitarku. Aku percaya bahwa hal-hal kecil yang baik bisa membawa perubahan besar dalam kehidupan setiap orang.

Menjadi konselor tak berarti aku baik-baik saja. Masalah adalah bagian penting dalam kehidupan. Tanpa masalah, manusia akan mati. Manusia butuh masalah untuk tetap hidup, karena masalah membuat manusia berusaha mempertahankan kehidupannnya. Melakukan progress dalam hidupnya.

Sudah saatnya aku mengeluh,
Semalam tadi aku menangis. Aku dan andi untuk kesekian kalinya cekcok. Lelah, padahal di dalam hati aku hanya ingin saling mengasihi. Namun malam yang sepi dan dingin seringkali membuatku rapuh atas kesendirian.

Manusia datang sendiri ke muka bumi, dan menuju tanah untuk terakhir kalinya sendiri pula. Begitu aku seringkali menguatkan hati atas kesendirianku. Ya, sedari kecil aku seringkali merasa sendiri secara emosi, pada kenyataannya aku pun menghadapi segala sesuatunya sendiri. Kesendirian seringkali membuatku lupa atas rasa sepi.

Aku baru sadar atas kesendirianku ketika orang lain mengingatkanku. Hei, aku rupanya menikmati kesendirianku. Aku seorang penyendiri yang kronis.

Sekalipun aku menyebut diriku sebagai seorang penyendiri yang kronis, namun aku munafik jika menampik kebutuhan esensiku sebagai manusia. Sudah menjadi fitrah manusia mencari pasangan jiwanya.

Sebuah teori cinta yang kupercaya mengatakan bahwa pada awal kehidupan manusia adalah androgynous, memiliki sifat feminism dan maskulin di dalam dirinya. Suatu hari kedua sifat tersebut di pisahkan. Itulah sebabnya laki-laki dan perempuan memiliki insting untuk saling mencari, menyatukan diri mereka. Itulah hakikat cinta, pencarian dan penyatuan kedua sifat tersebut. Bagiku, kemanusiaan yang sesungguhnya tercapai ketika kedua sifat tadi atau kedua unsur laki-laki dan feminism kemudian menyatu, melebur. Itulah titik tertinggi pencapaian manusia.

Yang kuinginkan hanya cinta. Aku rela menelanjangi diri untuk mendapatkan cinta.Namun aku tak pernah cukup bijaksana untuk memahami apa itu cinta.Dalam ketelanjangan diriku masih ada sisa luka dan noda yang menggerogoti ego.

Yang kuinginkan hanya cinta. Aku rela tertunduk patuh pada gairah cinta. Namun aku tak pernah cukup berbesar hati untuk menerima apa itu cinta. Dalam sujudku masih ada keangkuhan yang mengotori hati

Tapi aku takkan pernah menyerah untuk terus belajar tentang cinta. Sebagaimana masalah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, bagiku memahami cinta adalah proses seumur hidup. Masalah membuat kita belajar untuk mempertahankan hidup, memperbaiki kualitas hidup. Dan cinta, membuat kita belajar untuk menghargai dan mensyukuri kehidupan. Yin Yang.

Hatiku ini seperti sekeping baja yang tangguh, berani menghadapi apapun di hadapanku
Namun cinta seperti api yang bisa membuat hati bajaku ini luluh lantah…

Tidak ada komentar: